Minggu, 10 Mei 2009

SELEKSI DAERAH MENDAGRI FORKI JAWA BARAT

Dalam rangka persiapan menghadapi Kejurnas Kadet & Junior Piala Mendagri dan Mendiknas tahun 2007, FORKI Jabar Akan melaksanakan Selekda Usia Dini, Pemula dan Kadet pada tanggal 16-17 Juni 2007 di GOR Tri Lomba Juang Jalan Pajajaran Bandung, sedangkan untuk kategori Junior akan diambil dari hasil Kejurprov FORKI Jabar tahun 2007.
Setiap Pengcab FORKI dan Perguruan dapat mengikutsertakan atlitnya setiap kelas maksimal 1(satu) orang, atau 1 (satu) regu untuk nomor beregu
Biaya Pendaftaran : Rp. 25.000,- untuk perorangan dan Rp. 35.000 untuk beregu.
Hasil Selekda FORKI Jabar : Juara I akan dikirim mengikuti Kejurnas Kadet & Junior Piala Mendagri& Mendiknas tahun 2007 di Palembang, sedangkan untuk Juara II atau Juara III dapat dikirim dengan biaya masing-masing (Pengcab/Perguruan)

Jumat, 24 April 2009

ALAT BANTU LATIHAN KARATE

Alat Bantu Lahirnya Karateka Unggul
Banyak karateka yang lupa bahwa disamping mereka melakukan Latihan Wajib seperti Warming-up, Basic / Kihon, Gerakan pelenturan badan atau disebut taisyo ala karateka yang memaksa badan yang kaku menjadi lemas, Kata / Kembangan, Kumite bebas (Jiyu Kumite), Kumite dengan perjanjian (Yakusoku - Kumite), Naifu Kumite (Beladiri Karate) dan lain-lain.
Salah satu alat pembantu yang penting adalah MAKIWARA, yang terbuat dari sepotong papan panjang (+-) 1.80 M dan tebal (+-) 13 mm dan dengan keadalaman (+-)30 Cm ditanah dan sebagian atasnya dililit dangan tali rami atau sabut atau asbes atau karet ban mobil maka latihan pembentukkan pun dapat dimulai.
Pukul lah atau tendanglah dengan memakai seiken (kepalan dua jari tengah), Empi (siku), Mae Geri / Mawashi Geri, Uraken, shuto (tangan terbuka), dianjurkan latihannya 50 kali minimum perhari, 100 kali maximum, maka setelah selang beberapa hari anda akan menjadi Karateka yang andal dan Shuto, Empi, Geri, Tsuki akan menjadi dahsyat dalam penampilannya dan konon sangat berbahaya untuk perkelahian bebas, namun sangat bagus untuk penampilan karate. Silakan coba sekarang! Kenapa Tidak ?
Comments : No Comments »
Categories : BASIC
________________________________________
Teknik Karate
30 09 2008
Teknik Karate terbagi menjadi tiga bagian utama : Kihon (teknik dasar), Kata(jurus) dan Kumite (pertarungan). Murid tingkat lanjut juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku).
KIHON
Kihon (基本:きほん, Kihon?) secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi Karate harus menguasai Kihon dengan baik sebelum mempelajari Kata dan Kumite.
Pelatihan Kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap DAN atau Sabuk Hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.
KATA
Kata (型:かた) secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap Kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda.
Dalam Kata ada yang dinamakan Bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar Kata.
Setiap aliran memiliki perbedaan gerak dan nama yang berbeda untuk tiap Kata. Sebagai contoh : Kata Tekki di aliran Shotokan dikenal dengan nama Naihanchi di aliran Shito Ryu. Sebagai akibatnya Bunkai (aplikasi kata) tiap aliran juga berbeda.
KUMITE
Kumite (組手:くみて) secara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Sebelum melakukan kumite bebas (jiyu Kumite) praktisi mempelajari kumite yang diatur (go hon kumite) atau (yakusoku kumite). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal dengan Kumite Shiai atau Kumite Pertandingan.
Untuk aliran Shotokan di Jepang, kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat dan (sabuk hitam). Praktisi diharuskan untuk dapat menjaga pukulannya supaya tidak mencederai kawan bertanding.
Untuk aliran full body contact seperti Kyokushin, praktisi Karate sudah dibiasakan untuk melakukan kumite sejak sabuk biru strip. Praktisi Kyokushin diperkenankan untuk melancarkan tendangan dan pukulan sekuat tenaganya ke arah lawan bertanding.
Untuk aliran kombinasi seperti Wado-ryu, yang tekniknya terdiri atas kombinasi Karate dan Jujutsu, maka Kumite dibagi menjadi dua macam, yaitu Kumite untuk persiapan Shiai, dimana yang dilatih hanya teknik-teknik yang diperbolehkan dalam pertandingan, dan Goshinjutsu Kumite atau Kumite untuk beladiri, dimana semua teknik dipergunakan, termasuk jurus-jurus Jujutsu seperti bantingan, kuncian dan menyerang titik vital.

Selasa, 31 Maret 2009

DAFTAR KATA INTERNASIONAL

Bassai (Bassai Dai)
Chinto (Gankaku)
Gojoshiho Dai
Gojoshiho Sho
Jion
Kosokun Sho (Kanku Sho)
Kururunfa
Kushanku (Kosokun Dai, Kanku Dai)
Niseishi
Nipaipo (Ninjushiho)
Rohai (Meikyo)
Saifa
Seinchin
Seipai
Seisan
Seishan
Shiho Kosokun (Hangetsu)
Shishochin
Superimpai
Unshu (Unsu)
Wanshu (Enpi)
Arti Kata
TAIKYOKU (KIHON) : Penyebab pertama
HEIAN(PINAN) : Jalan damai (Kadang-kadang diterjemahkan sebagai, pikiran tenang, damai)
TEKKI : Kuda besi (Langkah dalam/bertumpu ke tanah) (NAIHANCHI/NAIFANCHI)
BASSAI Penyerangan (badai) a fortress (dalam versi -dai (mayor/besar) dan -sho (minor/kecil))
KANKU (KUSHANKU) : Memandang cakrawala (dlm -versi dai (mayor/besar) dan -sho (minor/kecil) )
HANGETSU(SEISAN): Setengah rembulan (tiga belas)
GANKAKU (CHINTO): Bangau di atas karang
EMPI/ENPI (WANSU): Burung layang-layang
JION: Nama setelah kuil
JITTE: Sepuluh tangan
NIJUSHIHO: 24 langkah/teknik
JI'IN: Dinamai setelah suci
MEIKYO (ROHAI): Cermin jiwa/Cermin Bersih
SOCHIN: Damai
CHINTE: Tangan luarbiasa
WANKAN (OKAN): Mahkota raja
UNSU: Tangan berawan
GOJUSHIHO: 54 langkah/tehnik (dlm versi -dai (mayor) and -sho (minor))

Senin, 30 Maret 2009

KARATE SEBAGAI THERAPY

31 Maret 2009

Tanya:
Saya mau bertanya masalah cucu saya laki-laki usia sembilan tahun. Dia adalah cucu pertama saya dari anak saya yang sulung. Anak ini tinggal bersama saya sejak bayi, waktu itu orang tuanya masih bersekolah dan tinggal di rumah saya. Sekarang sudah lebih dari lima tahun cucu saya ini hidup terpisah dari orang tuanya, dan dengan sendirinya saya menjadi orang tua pengganti, dan cucu saya pun memanggil saya ’Mama’. Di rumah dia adalah satu-satunya anak.
Cucu saya ini sejak kecilnya memang sangat aktif, bahkan berlebihan aktifnya tetapi waktu kecil pernah dibawa ke dokter ahli saraf katanya anak ini tidak hiperaktif. Sekarang ternyata saya dibuatnya kewalahan dan kelelahan. Walaupun umurnya sudah sembilan tahun anak ini masih selalu ditemani untuk tidur, dia tidak bisa mengatur waktunya untuk belajar dan kalau kita ’meleng’ dia sudah ’menghilang’. Terhadap barang-barang miliknya juga kurang bertanggung jawab, misalnya sering tertinggal, tercecer dan bahkan hilang.
Dalam setiap kesempatan anak ini bertingkah laku menarik perhatian orang, selalu merengek minta dibelikan mainan dan buku-buku cerita atau apa saja yang dilihatnya. Prestasi sekolahnya sedang-sedang saja karena anak ini tidak bisa konsentrasi. Saya selalu memberi nasihat-nasihat tapi tampaknya tidak ada yang ’masuk’ pada anak ini.
Saya telah berkonsultasi dengan seorang psikolog untuk cara penanganan anak ini karena saya benar-benar sudah habis akal menghadapi anak ini. Psikolog menyarankan saya agar lebih ’sampai hati’ atau ’tega’ untuk mengatakan ’tidak’ kepada anak ini untuk permintaan yang tidak sepantasnya dan mengatakan ’tunggu atau nanti’ untuk menunda permintaannya sehingga tepat waktunya nanti untuk bisa dikabulkan. Katanya anak ini perlu re-edukasi untuk menanamkan norma dan nilai-nilai yang berlaku di rumah, sekolah dan masyarakat.
Kemudian dikatakan oleh psikolog itu agar dimasukkan ke sekolah karate sebagai terapinya untuk menanamkan kedisiplinan dan hal-hal positif yang lain. Saya bukan meragukan advis psikolog di atas, karena beliau juga seorang rohaniwan, tapi saya betul-betul awam mengenai karate. Yang saya ragu adalah apakah betul karate bisa dijadikan terap ?
Ny. Fina, Rawamangun
Jawab:
Ibu Fina, saya bisa memahami kecemasan Ibu terhadap cucu tersayang. Secara biologis Ibu adalah nenek bagi cucu tetapi secara psikologis Ibu adalah seorang Mama.
Mengenai masalah yang Ibu hadapi, banyak juga ibu-ibu lain yang menghadapi masalah serupa, ada yang karena anak dimanjakan ataupun karena memang salah arah dan baru disadari setelah jauh menyimpang dan kita tidak sanggup mengatasinya.
Tentu psikolog tempat Ibu berkonsultasi sudah memberikan arahan dalam hal program re-edukasi yang perlu ditempuh. Sejalan dengan itu, telah disarankannya untuk memasukkan cucu Ibu ke sekolah karate.
Bagi orang awam, karate sering diasosiasikan dengan kekerasan dan agresivitas. Tetapi sebetulnya tidak. Sepengetahuan saya, sejarah berkembangnya karate di Indonesia, awalnya di Jakarta adalah pada awal dekade 1960-an memang adalah untuk ’menurunkan’ ilmu yang didapat para alumnus dari perguruan tinggi di negeri Sakura yang mengambil ekstrakurikuler olahraga seni bela diri karate.
Saat itu di Jakarta sedang maraknya kumpulan crossboys yang selalu mau adu unjuk kejagoannya sehingga terjadi banyak perkelahian antargang. Maka visi dari para senior olahraga karate di samping mengembangkan olahraga bela diri karate juga ’character building’ kaum muda. Sebagai perintis, mereka bercita-cita untuk memberikan pelatihan karate yang benar, sehingga para pemuda yang tadinya mau unjuk jago di jalanan akan melampiaskan agresivitasnya di tempat latihan karate. Di samping itu falsafah dan disiplin karate diharapkan bisa mengasah nurani para olahragawan karate yang disebut karateka. Begitulah karate dikembangkan dan tanpa disadari ternyata memang frekuensi perkelahian antargang menurun drastis, sehingga olahraga bela diri karate ini memperoleh tempat di hati masyarakat dan berkembang secara pesat.
Sayang sekali memasuki dekade 1990-an animo terhadap olahraga ini mulai menurun.
Mengapa karate bisa digunakan untuk menanamkan disiplin pada seseorang? Olahraga seni beladiri karate ini terdiri dari gerakan dasar, seni perkelahian (Kumite) juga ada kumpulan jurus atau kembangan yang dinamai kata. Bila dalam kumite kecepatan dan ketepatan bentuk gerakan yang menjadi ukuran, maka dalam kata kesempurnaan bentuk dalam keindahan alunan gerak dan irama menjadi tolok ukur. Untuk melakukan gerakan karate yang benar, seseorang harus mengikuti petunjuk secara saksama dan menjalankan gerakan dalam urutan yang tepat agar dapat membuat gerakan karate yang cepat, kuat tetapi tetap indah. Bila gerakan karate dilakukan secara tidak tepat, maka gerakan itu tidak akan menghasilkan apakah itu pukulan, tangkisan maupun tendangan yang efektif, artinya tidak adanya kekuatan dan kecepatan karena bukan hanya bentuk yang harus benar-benar betul tetapi juga cara mengalirkan serta memusatkan tenaga dari seluruh bagian tubuh ke suatu titik dapat maksimal.
Patut dipahami karena pada awalnya karate adalah ilmu seni beladiri tangan kosong (kara = kosong, te = tangan), jadi setiap gerakan serangan haruslah bisa ’mematikan’ dengan kecepatan dan kekuatan penuh. Bila di kemudian hari sebagai olahraga tidak dibenarkan mencederai lawan di arena pertandingan, gerakan karate diadu mana yang lebih cepat dan kuat serta dapat dikontrol sedekat mungkin dengan sasaran badan lawan.
Jadi, bila ada kesempatan mengenai lawan tetapi harus dapat mengontrol atau mengendalikan sedekat mungkin dengan sasaran, itu artinya seseorang harus betul-betul disiplin dengan aturan pengendalian diri. Demikian, dalam paragraf pendahuluan tadi Ibu dapat melihat banyak aspek yang diajarkan dan dituntut.
Selain itu, perguruan atau sekolah karate yang benar mempunyai beberapa janji yang harus dapat dijalankan oleh para murid atau karateka, baik dalam tempat latihan maupun di masyarakat. Janji itu antara lain: karateka harus memelihara kepribadian yang luhur, patuh pada kejujuran, sanggup mempertinggi prestasi, sanggup menjaga sopan santun dan sanggup menguasai diri.
Gerakan karate, seperti halnya olahraga lain, bila dilakukan secara tidak benar atau salah dapat menimbulkan cedera bagi pelakunya, ini adalah sesuai prinsip kesehatan olahraga pada umumnya.
Maka, tidak salah bilamana psikolog tempat Ibu berkonsultasi menyarankan untuk memasukkan cucu Ibu ke sekolah karate dalam rangka mengajarkan disiplin dan lain-lain.
Hanya saja dalam pertimbangan memilih perguruan atau sekolah karate, di samping induk perguruannya harus jelas, juga guru atau pelatih yang akan berinteraksi dengan para muridnya merupakan faktor penting, apalagi untuk maksud terapi. Pemilihan tempat latihan karate yang dekat dengan rumah itu ideal sekali sehingga anak tidak lelah sebelum latihan. Namun perlu juga adanya pelatih dengan kualifikasi yang memadai, di samping tegas dan reputasinya baik. Ada baiknya bila pelatih selain mempunyai tingkatan dan yang cukup juga pernah mengikuti pendidikan pelatih sehingga mempunyai wawasan kepelatihan yang cukup luas dan komprehensif.
Dengan memasukkan cucu Ibu ke perguruan atau sekolah karate, maka urusan pendidikan disiplin serta norma atau nilai-nilai sosial dapat dibagi antara Ibu dan pelatih karate. Semoga berhasil!
Dra .Grace A. Lumenta,Psi - Psikolog
RS Mediros

BERITA KARATE

Liga Karate Mulai Digelar Tahun Depan
7 Desember 2008
Jakarta - PB Forki akan menggelar Liga Karate Nasional mulai tahun 2009 mendatang, untuk memancing semangat pembinaan atlet karate di setiap daerah.

"Melalui kejuaraan karate profesional itu hasilnya diharapkan lebih maju lagi seperti yang ada di kawasan Eropa," ujar Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB Forki, Madju Dharyanto Madju setelah memantau hasil Kasad Cup IX di Istora Senayan, Jakarta, Sabtu (6/12).

Madju melanjutkan, bila kejuaraan karate yang ada di Indonesia tidak diubah menuju profesional dari amatir, maka hasilnya seperti sekarang ini yaitu atlet junior sulit mengalahkan seniornya.

Kejadian seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi. Bahkan bila perlu kompetisi antar atlet berjalan dengan bagus.

Pembinaan semacam itu diharapkan melahirkan atlet karate nasional yang benar-benar bermutu dan dapat diharapkan dijenjang internasional seperti SEA Games, Asian Games maupun kejuaraan internasional lainnya. Bila perlu katanya, selain menggelar Liga Karate kejuaraan Kasad Cup yang biasanya digelar dua tahun sekali jadwalnya diubah menjadi pertahun.

Melalui event cukup padat dalam setiap tahunnya diharapkan mampu menghasilkan atlet yang handal. Semua itu bertujuan mengejar ketinggalan dengan prestasi atlet dari kawasan ASEAN lainnya. Seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand yang mengirim atletnya tampil di berbagai kejuaraan internasional.

Bahkan dalam setiap kejuaraan internasional di Swiss maupun di Perancis dan Jerman, Umar selalu bertemu dengan atlet nasional dari Vietnam maupun Malaysia. Sementara di Indonesia sendiri baru Umar yang melangkah ke dunia professional. Kondisi seperti itu seharusnya ada perubahan yang mendasar dalam memberikan kesempatan bagi atlet untuk berkiprah di event internasional.

Sebagai upaya memenuhi semua itu maka diajukan Liga Karate Indonesia yang akan dipertandingkan secara open. Dengan begitu atlet dari kawasan ASEAN boleh tampil didalamnya, baik membela nama sponsor, perusahaan, perguruan maupun Negara.

"Dengan begitu persaingan prestasi atlet asing dengan nasional bisa terjadi di Liga Karate sebelum melangkah ke SEA Games maupun Asian Games," harapnya. [TMA, Ant]

KARATE OLYMPIADE OLAHRAGA

Olahraga selain untuk menjadikan pelajar menjadi sehat sehingga dapat menuntut ilmu dengan hasil yang baik, juga baik untuk mengembangkan karakter unggul, antara lain sportifitas, bekerjasama dan semangat untuk meningkatkan prestasi. Kompetisi antara pelajar merupakan sarana untuk mengukur kemampuan psiko-motorik siswa sebagai hasil latihan selama ini.

Tingginya frekuensi pelajar baik di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, nasional maupun internasional, mengharuskan adanya wadah untuk berkompetisi. Sarana berkompetisi sebagai upaya mencari pelajar-pelajar berprestasi untuk menggantikan seniornya di masa yang akan datang. Selain itu, karena sifatnya nasional sarana ini dapat mempererat rasa kebersamaan dan persahabatan antara anak bangsa.

Cabang olah raga karate berkembang pesat sejak awal tahun 1970-an, hingga kini baik ditingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun Sekolah Menengah Atas (SMA), membuat setiap perkumpulan karate (Dojo) di sekolah berupaya menciptakan atlie-atlet karate (Karateka) yang tangguh.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, melalui kerjasama dengn induk organisasi olahraga karate yaitu Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB. FORKI), Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS), sejak tahun 2005 menyelenggarakan kompetisi Karate SD, SMP, dan SMA tingkat Nasional Pada tahun 2008 untuk pertama kali kompetisi olahraga karate disertai dengan beberapa cabang olahraga lainnya, diberi nama kegiatan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN).

Pertandingan cabang olahraga Karate, SD, SMP, dan SMA dilaksanakan oleh Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan yang ditunjuk PB. FORKI, bertanggung jawab terhadap keseluruhan pertandingan. Wasit dan Juri yang bertugas mendapat rekomendasi dari PB. FORKI. Peraturan pertandingan yang digunakan adalah peraturan pertandingan World Karate Federation (WKF) yang telah disesuaikan oleh PB. FORKI.

Jenis dan Sistem Pertandingan Tingkat Nasional

Jenis pertandingan Untuk SD Kata perorangan dan Kumite terdiri Kumite – 30 kg, + 30 kg putri, - 35 kg, + 35 kg putra, Kata perorangan putri dan putra (setiap provinsi diwakili dua karateka putri dan dua kateka putra. Untuk SMP kata perorangan putra/putri dan kumite, Kumite – 41 kg, + 41 kg putri, kumite – 45 kg, + 45 kg putra (setiap provinsi diwakili satu atlit putri dan satu atlit putra).

Sedangkan untuk SMA karate dipertandingkan kata perorangan putra/putri dan kumite, terdiri dari kumite – 53 kg, + 53 kg putri, dan kumite – 61 kg, + 61 kg putra (mewakili provinsi tiga atlet putri dan tiga atlet putra).

Sistem pertandingan yang diterapkan sistem eliminasi dengan refechance, jumlah dan pembagian pool ditentukan melalui rapat teknik. Cabang Olahraga Karate O2SN SD, SMP, SMA Tahun 2009, akan dilaksanakan di Jakarta, pada tanggal 15 sampai dengan 19 Juni 2009. (Indonesia Karate-do)